Bagi pegiat Umroh atau pelaksana umroh insyAllah sangat teasa sibuknya. Tapi menyenangkan pula. Kita akan sibuk memandu Jemaah, sibuk mencari contoh sertifikat badal umroh untuk jamaah yang menitipkan amanah badal. Dan banyak kegiatan lain.
Khususnya untuk amanah badal umroh, kita tidak cukup sibuk mengurusin pebuatan contoh sertifikat badal umroh tapi kira juga mesti tahu apa itu badal umroh.
Kala kita ingin Umroh seketika ada yang memberitahu kalau kita dapat mengumrohkan orang berumur atau kerabat kita yang telah tutup usia?!? apakah bisa… selanjutnya keterangan serta ajaran Badal Umroh guna orang lain:
Ketentuan orang yang dapat dibadalkan umrahnya ataupun dihajikan yaitu:
1. Yang diumrohkan haruslah sudah tutup usia dunia.
Menurut keterangan hadits:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ امْرَأَةً جَاءَتْ إِلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَتْ إِنَّ أُمِّى نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ فَمَاتَتْ قَبْلَ أَنْ تَحُجَّ أَفَأَحُجَّ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ حُجِّى عَنْهَا ، أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ أَكُنْتِ قَاضِيَتَهُ » . قَالَتْ نَعَمْ . فَقَالَ « فَاقْضُوا الَّذِى لَهُ ، فَإِنَّ اللَّهَ أَحَقُّ بِالْوَفَاءِ
Artinya: “Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa: “Seorang Perempuan dating kepada Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Sesungguhnya ibuku telah bernadzar untuk berhaji, lalu beliau meninggal dunia sebelum menunaikan haji, bolehkah saya menunaikan ibdah haji untuknya?”, Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Iya, hajikanlah atasnya, bukankah jika ibumu memiliki hutang, kamu akan melunasinya?”, wanita tadi menjawab: “Iya”, Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Maka bayarlah, karena sesungguhnya Allah lebih berhak untuk dibayar”. HR. Bukhari.
2) Orang yang di umrohkan tidak mampu melaksanakan ibadah umroh maupun haji secara fisik atau tidak mampu secara hal lain.
Ketidak mampuan seseorang untuk beribadah haji atau umroh itu bisa saja karena sakit, karena umur yang sudah sepuh atau karena kesibukan yang sah menurut syari, misalnya sibuk mengurus orang tuanya yang sakit dll.
Dari Hadits
عنِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما – قَالَ أَرْدَفَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – الْفَضْلَ بْنَ عَبَّاسٍ يَوْمَ النَّحْرِ خَلْفَهُ عَلَى عَجُزِ رَاحِلَتِهِ ، وَكَانَ الْفَضْلُ رَجُلاً وَضِيئًا ، فَوَقَفَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – لِلنَّاسِ يُفْتِيهِمْ ، وَأَقْبَلَتِ امْرَأَةٌ مِنْ خَثْعَمَ وَضِيئَةٌ تَسْتَفْتِى رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَطَفِقَ الْفَضْلُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا ، وَأَعْجَبَهُ حُسْنُهَا ، فَالْتَفَتَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يَنْظُرُ إِلَيْهَا ، فَأَخْلَفَ بِيَدِهِ فَأَخَذَ بِذَقَنِ الْفَضْلِ ، فَعَدَلَ وَجْهَهُ عَنِ النَّظَرِ إِلَيْهَا ، فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ فَرِيضَةَ اللَّهِ فِى الْحَجِّ عَلَى عِبَادِهِ أَدْرَكَتْ أَبِى شَيْخًا كَبِيرًا ، لاَ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَسْتَوِىَ عَلَى الرَّاحِلَةِ ، فَهَلْ يَقْضِى عَنْهُ أَنْ أَحُجَّ عَنْهُ قَالَ « نَعَمْ » .
Artinya: “Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa Al Fadhl bin Abbas pernah dibonceng oleh Rasululah shallallahu ’alaihi wasallam pada hari Nahr (tanggal 10 Dzulhijjah) di atas hewan tunggangan beliau yang tua, Al Fadhl adalah seorang pemuda yang tampan, lalu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berhenti untuk memberi fatwa kepada mereka (yang bertanya), lalu datanglah seorang wanita cantik dari daerah Khats’am meminta fatwa kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kewajiban Allah atas hamba-Nya di dalam perkara haji telah didapati oleh bapakku dalam keadaan sangat tua, beliau tidak sanggup untuk duduk di atas kendaraan, bolehkah aku menghajikan atas namanya?”, beliau menjawab: Artinya: “(iya) hajikanlah atasnya”. HR. Bukhari.
Dan hadits
عَنْ أَبِى رَزِينٍ – قَالَ حَفْصٌ فِى حَدِيثِهِ رَجُلٌ مِنْ بَنِى عَامِرٍ – أَنَّهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أَبِى شَيْخٌ كَبِيرٌ لاَ يَسْتَطِيعُ الْحَجَّ وَلاَ الْعُمْرَةَ وَلاَ الظَّعْنَ. قَالَ « احْجُجْ عَنْ أَبِيكَ وَاعْتَمِرْ
Artinya: “Abu Razin radhiyallahu ‘anhu berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya bapakku adalah seorang yang tua renta, tidak mampu haji dan umrah serta tidak bisa menunggang kendaraan, Nabi bersabda: “Haji dan umrahkanlah atas bapakmu”.HR. Abu Daud dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Abu Daud, Hadits no. 1588.
Ada hal-hal penting yang harus diprhatiakan dalam badal umroh
1) Dengarkan secara langsung amanat yang disampaikan oleh orang yang mengamanatkan badal Umroh.
Pegang teguh amananya karena:
– Syari’at menghukumi amanat ini sebagai hal yang sangat penting.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- « أَدِّ الأَمَانَةَ إِلَى مَنِ ائْتَمَنَكَ وَلاَ تَخُنْ مَنْ خَانَكَ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tunaikan amanah kepada siapa yang berhak mendapatkannya dan janganlah kamu khianati orang yang mengkhianatimu”. HR. Abu Daud dan dishahihkan di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, Hadits no. 423.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan khutbah saat haji Wada’:
Artinya: “Dan Barangsiapa yang memiliki amanah maka hendaklah ia menunaikan kepada yang berhak mendapatnya”. HR. Ahmad.
– Syari’at juga mengancam jika kita mengabaikan amanah
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ : الْقَتْلُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ يُكَفِّرُ كُلَّ ذَنْبٍ إِلاَّ الأَمَانَةَ يُؤْتَى بِصَاحِبِهَا وَإِنْ كَانَ قُتِلَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ فَيُقَالَ لَهُ : أَدِّ أَمَانَتَكَ فَيَقُولُ : رَبِّ ذَهَبَتِ الدُّنْيَا فَمِنْ أَيْنَ أُؤَدِّيهَا فَيَقُولُ : اذْهَبُوا بِهِ إِلَى الْهَاوِيَةِ حَتَّى إِذَا أُتِىَ بِهِ إِلَى قَرَارِ الْهَاوِيَةِ مَثُلَتْ لَهُ أَمَانَتُهُ كَيَوْمِ دُفِعَتْ إِلَيْهِ فَيَحْمِلُهَا عَلَى رَقَبَتِهِ يَصْعَدُ بِهَا فِى النَّارِ حَتَّى إِذَا رَأَى أَنَّهُ خَرَج مِنْهَا هَوَتْ وَهَوَى فِى أَثَرِهَا أَبَدَ الآبِدِينَ وَقَرَأَ عَبْدُ اللَّهِ (إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنَّ تُؤَدُّوا الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا)
Artinya: “Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Mati di jalan Allah (di dalam medan pertempuran) menghapuskan seluruh dosa kecuali amanah (yang belum ditunaikan) akan didatangkan orang yang diberi amanah, jika dia meninggal di jalan Allah, maka akan dikatakan kepadanya: “Tunaikan amanatmu”, dia menjawab: “Wahai Rabbku, telah sirna dunia, maka bagaimana aku akan menunaikannya”, (Allah) berfirman: “Pergilah (masuk) ke neraka Hawiyah, sampai jika dia sudah dibawa ke dasar neraka Hawiyah, diumpamakan baginya amanahnya sebagaimana hari dia diberikan amanah itu, lalu diletakkan di atas pundaknya, kemudian dia menaiki dengan membawa (amanah tadi) di dalam neraka sampai jika ia merasa dirinya telah keluar darinya, (ketika itu) jatuh amanah dan setelahnya jatuh juga dia ke dalamnya untuk selama-lamanya.
Kemudian Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu membaca ayat berikut :
{ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا }
yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya”. QS. An Nisa: 58
– Beruntung bagi orang selalu menjaga amanah.
عَنْ أَبِيهِ أَبِى مُوسَى الأَشْعَرِىِّ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – « الْخَازِنُ الأَمِينُ الَّذِى يُؤَدِّى مَا أُمِرَ بِهِ طَيِّبَةً نَفْسُهُ أَحَدُ الْمُتَصَدِّقَيْنِ
Artinya: “Abu Musa Al Asy’ariy radhiyallahu ‘anhu berkata: “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang Penjaga amanah yang menunaikan apa yang diperintahkan atasnya dengan jiwa baik, maka dia termasuk seorang yang bersedekah”. HR. Bukhari.