PT Perusahaan Gas Negara (PGN) menyebutkan rencana mereka menjajakan compressed natural gas (CGN) di dalam tabung. Hal itu untuk membantu mengurangi beban impor liquefied petroleum gas (elpiji) negara.
Bagi konsumen, CNG akan jadi alternatif energi selain kompor listrik dan elpiji yang dijual oleh Pertamina. Division Head Corporate Communication PGN, Desy Anggia mengungkapkan bahwa PGN sesungguhnya miliki niat untuk menjajakan CNG. Namun sekarang perusahaan tetap laksanakan kajian perihal target pasar, harga dan lokasinya.
Pasalnya CNG miliki langkah penanganan yang tidak sama dibandingkan elpiji. Salah satunya adalah soal penyalurannya yang terlalu bergantung khusus wilayah dan pelanggan. Menurutnya, tidak akan berlangsung persaingan pada PNG dan Pertamina di dalam hal pasarĀ perusahaan CNG, Elpiji atau kompor listrik. Ketiganya justru dikehendaki akan saling melengkapi.
Karena itu mempunyai tujuan untuk mengurangi impor elpiji yang menyebabkam harga mahal dan, tentu, terhitung membebani Pertamina. Diharapkan program ini merupakan untuk sinergi BUMN untuk meraih kedaulatan energi.
Selain itu targetnya terhitung untuk komplemen terhadap kompor listrik atau yang belum bisa dilayani dengan kompor listrik, jadi saling melengkapi,” imbuhnya. Terkait dengan rencana ini, pengamat energi sekaligus peneliti Center for Energy Security Studies (CESS) Ali Ahmudi, saat ini kempuan Indonesia memproses gas elpiji cuman 1,7 metrik ton. Sedangkan konsumsinya meraih 5 juta metrik ton. Artinya tersedia sisa 3,3 juta metrik ton yang harus diperoleh dengan impor.
CNG dan elpiji sendiri sama-sama merupakan bahan bakar yang berasal berasal dari gas alam. Bedanya, CNG didominasi metana dan etana dan juga dikompresi tanpa mengubahnya jadi cair. Sedangkan elpiji didominasi campuran propana dan butana, dengan massa type lebih besar. Meski sama-sama berasal berasal dari gas alam, keduanya miliki pembawaan dan penanganan berbeda.
CNG perlu tempat penyimpanan besar dan juga tekanan terlalu tinggi, saat itu elpiji bisa dicairkan di dalam tekanan lebih rendah dan lebih gampang disimpan. Di segi lain, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Kerja Sama, Kementerian ESDM, lewat keterangan resminya menyebutkan tersedia niat untuk mendorong pemanfaatan kompor induksi sebagai alternatif kompor gas elpiji. Kompor induksi merupakan type kompor yang menggunakan reaksi magnet berasal dari energi listrik untuk membuahkan panas. Kompor tersebut menggunakan energi sekitar 350 hingga 500 watt.