Kebijakan Aneh Ini (Pernah) Menimpa Mereka yang Berprofesi Sebagai Guru

Selama karir saya, saya telah melalui sebanyak lima tempat. Dan jika menyangkut kebijakan aneh, rasanya seperti menjadi guru, mengetahui dan/atau merasakan fenomena tersebut.

 

Tidak bisa dipungkiri bahwa mengajar adalah profesi yang terkadang tidak bisa dimasukkan dalam pembahasan topik karir atau pekerjaan. Meskipun mengajar adalah profesi, pekerjaan, ia juga memiliki jalur karier.

 

Misalnya pembahasan tentang upah minimum. Orang yang bekerja untuk orang lain, selain guru, biasanya memperoleh upah minimum. Dan guru selalu diagungkan sebagai pahlawan tanpa pengabdian, kerja keras, atau dedikasi.

 

Lupakan istilah upah minimum untuk guru. Lupakan juga istilah jam kerja, itu hak dan kewajiban pekerja.

 

Sekali lagi, seseorang yang berstatus guru adalah seseorang yang bekerja dan mencari nafkah untuk menghidupi diri sendiri dan/atau keluarganya. Jika seorang guru mengeluh seperti ini, mungkin orang lain akan berkata: “Sadarlah sebelum memilih karir sebagai guru, ini kenyataan.”

Baca Juga : Jasa Pembuatan PT

Sungguh hal yang menyedihkan! Namun, kalau soal penghasilan biasa saja, saya sebenarnya tahu dan mengalami beberapa kebijakan aneh di sekolah. Beberapa kebijakan tersebut antara lain sebagai berikut.

 

Aku punya teman yang sangat tampan. Bisa dibilang wajahnya mirip artis drama Korea. Kulitnya putih dan bersih. Meski bukan keturunan Tionghoa, wajahnya terlihat seperti tipikal oriental.

 

Suatu ketika, ia melamar pekerjaan di sebuah sekolah. Saya juga memberinya semangat dan yakin dia akan lulus karena saya tahu kemampuannya.

 

Tapi nyatanya, orang yang mengaku belakangan bukanlah teman saya. Ketika saya mengetahuinya, bahkan posisi yang dilamar teman saya adalah orang yang tidak mampu seperti teman saya.

 

Karena penasaran, saya mencoba mencari tahu dari seorang teman yang sebenarnya melakukan pemilihan bagian posisi. Saya mendapat jawaban yang mengejutkan.

 

Ternyata teman saya tidak diterima karena terlalu tampan! Meski memiliki kemampuan yang baik dan memenuhi persyaratan, namun ia tidak bisa naik pangkat karena khawatir akan menimbulkan keributan di kalangan siswi di sekolah tersebut.

 

Apalagi kebijakan ini terus berlanjut. Guru laki-laki yang diterima di sekolah itu bisa jadi tampan. Namun jika terlihat terlalu bagus, kemungkinan besar alamat tersebut tidak akan diterima.

 

Kebijakan ini akhirnya mematahkan anggapan bahwa keindahan alam itu berkah!

 

Saya masih berpikir itu semacam keadilan ketika seorang guru harus turun ke lapangan untuk mempromosikan sekolah yang dia ajar. Karena guru adalah orang yang paling mengetahui proses sekolah yang dia ajar, wajar jika guru melakukan tugas tersebut.

 

Ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan guru dalam tugas promosi sekolah. Pertama, guru dapat memperkenalkan sekolah kepada siswa pada jenjang sekolah sebelumnya. Kedua, guru juga dapat merekrut siswa berprestasi yang diharapkan masuk ke sekolah pengajaran.

 

Siswa berprestasi ini memang bisa menjadi fokus kompetisi sekolah mana pun. Pasalnya, ia bisa membuat sekolahnya terkenal meski pada dasarnya anak-anaknya terlahir cerdas.