Sedikit orang pemula yang ketahui riwayat psikologi di dunia, baik perubahan saat sebelum tahun 1879 sampai sekarang ini.
Riwayat Psikologi: 2 Tipe Perubahan dan Definisinya
Pengertian psikologi menurut S. Freud ialah pengetahuan mengenai ketidaksadaran manusia. Dan menurut Descartes dan Wundt (Davidoff, 1981), pemahaman psikologi ialah pengetahuan mengenai kesadaran manusia.
Dari 2 pengertian itu mempunyai ketidaksamaan yang bersimpangan. Tetapi bersamaan perubahan riwayat psikologi dari jaman ke jaman, sebagian besar pakar psikologi di dunia setuju.
Jika pengertian psikologi menurut beberapa pakar ialah satu study pengetahuan yang pelajari mengenai perilaku manusia.
Tingkat laris itu yakni hubungan manusia dengan dunia sekelilingnya, baik berbentuk manusia lain (human relationship) atau bukan manusia: hewan, cuaca, kebudayaan, dan lain-lain.
Riwayat perubahan psikologi di dunia terdiri jadi dua sisi, yakni sebagai sisi dari Filsafat dan Pengetahuan Faal dan sebagai pengetahuan yang berdiri dengan sendiri. Berikut keterangan selengkapnya.
Saat sebelum 1879, psikologi dipandang seperti sisi dari filsafat atau pengetahuan faal. Pada awalnya pakar-ahli filsafat dari jaman Yunani Kuno lah yang mulai pikirkan beberapa gejala mental.
Waktu itu tidak ada pembuktian-pembuktian secara empiris atau ilmiah. Mereka coba menjelaskan beberapa gejala mental lewat mitologi. Langkah pendekatan semacam itu dikatakan sebagai langkah pendekatan yang naturalistik.
Antara sarjana Yunani yang memakai pendekatan naturalistik ialah Thales (624-548 SM) yang kerap dikatakan sebagai Bapak Filsafat.
Dia yakini jika jiwa dan beberapa hal supernatural yang lain tidak ada karena suatu hal yang ada harus bisa dijelaskan dengan tanda-tanda alam (alami phenomenon).
Dia juga yakin jika segala hal datang dari air dan karena jiwa mustahil dari air karena itu jiwa dia anggap tidak ada.
Figur yang lain ialah Anaximander (611-546 SM) yang menjelaskan jika segala hal datang dari suatu hal yang tidak pasti, sementara Anaximenes (era 6 SM) menjelaskan jika segala hal datang dari udara.
Figur yang tidak kalah keutamaan ialah Empedocles, Hippocrates, dan Democritos.
Empedocles (490-430 SM) menjelaskan jika ada empat komponen besar dalam semesta alam, yakni Bumi/tanah, Udara, Api, dan Air.
Manusia terbagi dalam tulang, otot, dan usus yang disebut elemen dari tanah; cairan badan sebagai elemen dari air; peranan rasio dan psikis sebagai elemen dari api; dan simpatisan dari komponen-komponen atau peranan hidup ialah udara.
Berdasar pada penglihatan Empedochles, Hipocrates (460-375 SM) yang dikenali sebagai Bapak Pengetahuan Kedokteran, mengatakan jika pada diri manusia ada empat cairan badan yang mempunyai kecocokan karakter dengan ke-4 komponen dasar itu.
Beberapa tokoh Yunani kuno tertera di atas pada intinya memandang jika jiwa ialah satu sama tubuh. Jiwa dan tubuh datang dari beberapa unsur yang serupa dan runduk pada hukum-hukum yang serupa (penglihatan monoisme).
Selainnya penglihatan monoisme, tumbuh juga penglihatan dualisme, yakni penglihatan yang pisahkan jiwa dari tubuh, jiwa berbeda dengan tubuh, dan masing-masing runduk pada ketentuan-peraturan atau hukum-hukum yang terpisah.
Sejauh riwayat psikologi, beberapa tokoh populer yang berpedoman penglihatan dualisme diantaranya: Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM).
Socrates berpandangan jika pada tiap manusia terkubur jawaban berkenaan beragam masalah di dunia riil. Permasalahannya ialah umumnya manusia tidak mengetahuinya.
Maka dari itu, memerlukan seseorang seperti bidan yang menolong melahirkan si “Gagasan” dari dalam hati manusia. Socrates meningkatkan sistem bertanya jawab untuk mengeruk jawaban-jawaban terkubur berkenaan beragam masalah.
Dengan sistem bertanya jawab yang disebutkan Socratic Metode itu akan muncul pemahaman yang disebutkan Maieutics (menarik keluar seperti yang sudah dilakukan oleh bidan).
Maieutics ini selanjutnya dirobohkan oleh R. Rogers tahun 1943 jadi tehnik dalam psikoterapi yang disebutkan Non Directive Techniques.
Satu tehnik yang dipakai oleh psikiater atau psikoterapis untuk mengeruk beberapa persoalan pada diri pasien hingga dia mengetahui sendiri beberapa persoalannya tanpa terlampau ditujukan oleh psikiater atau psikoterapisnya.
Socrates mengutamakan keutamaan pemahaman mengenai diri kita untuk tiap manusia hingga menurut dia ialah kewajiban tiap orang untuk ketahui dirinya lebih dulu jika dia ingin pahami mengenai beberapa hal di luar dianya.
Semboyannya yang populer ialah belajar yang sebenarnya pada manusia ialah belajar mengenai manusia.
Sementara Plato, siswa dan penganut setia Socrates dan dipandang seperti pengikut dualisme yang sebenar-benarnya, menjelaskan jika dunia mental berisi beberapa ide yang berdiri dengan sendiri lepas pengalaman dari hidup setiap hari.
Ke orang dewasa dan cendekiawan, mereka bisa membandingkan mana jiwa dan mana tubuh. Namun, pada anak-anak jiwa masih bersatu dengan tubuh, tidak dapat pisahkan Gagasan dari beberapa benda kongkrit.
Jiwa yang berisi Ide-Ide ini dinamakan Psyche. Disamping itu, Plato yakini jika setiap orang sudah diputuskan status dan posisinya dalam masyarakat semenjak lahir apa dia seorang filsuf, prajurit, atau karyawan.
Dia yakin jika setiap orang dilahirkan dengan kekhususan tertentu, berbeda di antara keduanya.
Dengan begitu, selainnya dipandang seperti pengikut memahami Determinisme atau Nativisme, dia juga dipandang seperti figur pemula dari memahami individu differences.
Dalam perubahan psikologi seterusnya, memahami individu differences ini bawa beberapa sarjana ke penemuan beberapa alat pengecekan psikologi (psikotes).
Jika Plato dipandang seperti seorang rasionalis yang yakin jika segala hal datang dari beberapa ide yang dibuat rasio.
Karena itu Aristoteles (385-322 SM), siswa Plato, berkeyakinan jika segala hal yang berupa mental (form) harus tempati suatu hal bentuk tertentu (matter).
Bentuk ini pada hakekatnya sebagai pengakuan atau gestur dari jiwa. Tuhanlah salah satu yang tanpa bentuk, cuman form saja.
Aristoteles kerap dikatakan sebagai Bapak Psikologi Empiris karena menurut dia segala hal harus bertitik tolak dari realitas, yakni matter. Matter-lah sumber khusus pengatahuan.
Penglihatan dan teori-teori Aristoteles mengenai Psikologi bisa disaksikan dalam bukunya yang populer De Anima (On The Soul), yang sebenarnya sebagai buku mengenai pengetahuan hewan komparatif dan biologi.
Dalam buku itu dia menjelaskan jika tiap benda di bumi ini memiliki dorongan untuk tumbuh dan jadi suatu hal sesuai arah yang telah terdapat di dalam benda tersebut.
Aristoteles seterusnya membandingkan di antara hule dan morphe. Hule (Noes Photeticos) ialah yang tercipta. Dan Morphe (Noes Poeticos) ialah yang membuat.
Benda dalam alam tidak berkembang dan tumbuh demikian saja, tapi jadi atau dikembangkan jadi suatu hal.sebuah hal. Saat sebelum benda itu diwujudkan benda itu berbentuk peluang.
Seterusnya Aristoteles membandingkan tiga jenis form, yakni: Plant, yang mengatur beberapa fungsi vegetatif; Animal, bisa disaksikan dalam beberapa fungsi misalnya: ingat, berharap, dan persepsi; Logis, yang memungkinkannya manusia melakukan penalaran (reasoning) dan membuat konsp-konsep.
Khusus pada manusia, dorongan untuk tumbuh ini berupa dorongan untuk mewujudkan diri (self realization) yang disebutkan entelechi.
Menurut Aristoteles peranan jiwa dipisah dua, yakni kekuatan untuk mengenali dan kekuatan berkeinginan. Penglihatan ini dikenali sebagai dichotomi.
Beratus-ratus tahun sesudah jaman Yunani Kuno, pengetahuan psikologi masih sebagai sisi dari Filsafat. Pada periode Renaissance, di Francis ada Rene Decartes (1596-1650) yang populer dengan teori mengenai kesadaran.
Sementara di Inggris ada beberapa tokoh seperti John Locke (1623-1704), George Berkeley (1685-1753), James Mill (1773-1836), dan anaknya John Stuart Mill (1806-1873), yang semua itu dikenali sebagai beberapa tokoh saluran Asosianisme.
Dalam perubahan riwayat Psikologi seterusnya, peranan beberapa sarjana pengetahuan Faal yang menyimpan ketertarikan pada beberapa gejala mental tidak bisa diacuhkan.
Figurnya diantaranya: C. Bell (1774-1842), F. Magendie (1785-1855), J.P. Muller (1801-1858), P. Broca (1824-1880), dan lain-lain.
Nama seorang sarjana Rusia, I.P. Pavlov (1849-1936), nampaknya perlu dicatat secara eksklusif karena dari teori-teorinya mengenai refleks selanjutnya berkembang saluran Behaviorisme.
Yakni saluran dalam psikologi yang cuman ingin mengaku perilaku yang riil sebagai object studinya dan menampik asumsi sarjana yang lain pelajari perilaku yang tidak terlihat di luar.
Disamping itu, peran seorang dokter berdarah kombinasi Inggris-Skotlandia namanya William McDaugall (1871-1938) perlu juga disampaikan.
Dia sudah memberikan ide ke saluran Behaviorisme di Amerika dengan teori-teorinya yang dikenali bernama Purposive Psychology.
Di akhir era ke-19 terjadi set baru dalam riwayat Psikologi. Di tahun 1879, Wilhem Wundt (Jerman, 1832-1920) membangun laboratorium Psikologi pertama di Leipzig yang mengidentifikasi titik awalnya Psikologi sebagai satu pengetahuan yang berdiri dengan sendiri.
Sebagai figur Psikologi Uji cobatal, Wundt mengenalkan sistem Mawas diri yang dipakai dalam uji coba-eksperimennya.
Dia dikenali sebagai figur pengikut Susunanalisme karena dia menyampaikan satu teori yang merinci susunan dari jiwa.
Wundt yakin jika jiwa terbagi dalam komponen-komponen (Elementisme) dan ada proses paling penting dalam jiwa yang menyambungkan komponen-komponen mental keduanya hingga membuat satu susunan mental yang utuh yang disebutkan federasi.
Maka dari itu, Wundt dipandang seperti figur Asosianisme. Edward Bradford Titchener (1867-1927) coba menebarluaskan tuntunan-ajaran Wundt ke Amerika.
Namun, orang Amerika yang populer ringkas dan pragmatis kurang sukai pada teori Wundt yang dipandang terlampau abstrak dan kurang bisa diaplikasikan langsung dalam realita.
Mereka selanjutnya membuat saluran sendiri yang disebutkan Fungsionalisme dengan figur-tokohnya diantaranya: William James (1842-1910) dan James Mc Keen Cattel (1866-1944).
Saluran ini lebih memprioritaskan beberapa fungsi jiwa daripada pelajari susunannya. Ditemukan tehnik penilaian psikologi (saat ini psikotest) oleh Cattel sebagai bukti begitu pragmatisnya beberapa orang Amerika.
Walau telah mengutamakan pragmatisme, tetapi saluran Fungsionalisme masih dipandang terlampau abstrak untuk satu golongan sarjana Amerika. Mereka menginginkan supaya Psikologi cuman pelajari beberapa hal yang betul-betul obyektif saja.
Mereka cuman ingin mengaku perilaku yang riil (bisa disaksikan dan diukur) sebagai object Psikologi (Behaviorisme).
Perintisnya ialah John Broades Watson (1878-1958) yang selanjutnya diperkembangkan oleh Edward Chase Tolman (1886-1959) dan B.F. Skinner (1904).
Selainnya di Amerika, di Jerman sendiri tuntunan Wundt mulai mendapatkan kritikan dan koreksi-koreksi. Satu diantaranya dari Oswald Kulpe (1862-1915).
Salah seorang siswanya yang kurang senang dengan tuntunan Wundt dan membangun salurannya sendiri di Wurzburg.
Saluran Wurzburg menampik asumsi Wundt jika berpikiran itu selalu berbentuk gambar (bayang-bayang dalam alam pemikiran).
Kulpe memiliki pendapat, di tingkat berpikiran yang semakin tinggi apa yang dipikir itu tak lagi berbentuk gambar, tetapi ada pemikiran yang tidak terpikirkan (imageless thought).
Di Eropa ada reaksi pada Wundt dari saluran Gestalt.
Saluran Gestalt menampik tuntunan elementisme Wundt dan memiliki pendapat jika tanda-tanda mental (terutamanya pemahaman, yang banyak ditelaah saluran ini) sebaiknya disaksikan sebagai satu keseluruhnya yang utuh (satu gestalt) yang tidak terpecah dalam beberapa bagian.
Antara figurnya ialah Max Wertheimer (1880-1943), Kurt Koffka (1886-1941), Wolfgang Kohler (1887-1967).
Di Leipzig, di tahun 1924 Krueger mengenalkan istilah Ganzheit (datang dari kata da Ganze yang memiliki arti keseluruhnya).
Walau istilah Ganzheit masih dipandang sama dengan istilah Gestalt dan saluran ini kerap tidak dipandang seperti saluran tertentu.
Tetapi menurut figurnya, Krueger, Ganzheit berbeda dengan Gestalt dan sebagai perubahan dari psikologi Gestalt.
Dia memiliki pendapat jika psikologi Gestalt terlampau mengutamakan ke permasalahan pemahaman object, walau sebenarnya yang paling penting ialah penghayatan secara detail pada ruangan dan waktu, bukan pemahaman saja atau totalitas beberapa objek saja.
Perubahan selanjutnya dari psikologi Gestalt ialah timbulnya Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin (1890-1947). Awalnya Lewin tertarik dengan paham Gestalt, tapi selanjutnya dia mengeritiknya karena dipandang tidak adekuat.
Akan tetapi, karena Lerwin, sebagai perubahan selanjutnya di Amerika Serikat lahir saluran Psikologi Kognitif yang disebut kombinasi di antara saluran Behaviorisme yang tahun 1940-an telah berada di Amerika dengan saluran Gestalt yang diusung oleh Lewin.
Saluran psikologi Kognitif benar-benar mengutamakan beberapa proses sentra (seperti sikap, gagasan, dan keinginan) dalam merealisasikan perilaku.
Secara eksklusif, beberapa hal yang terjadi dalam alam kesadaran (kognisi) didalami oleh saluran ini hingga besar dampaknya khususnya dalam pelajari jalinan antara manusia (Psikologi Sosial). Antara figurnya ialah F. Heider dan L. Fertinger.
Pada akhirnya, lahirnya saluran Psikoanalisa yang besar dampaknya dalam perubahan psikologi sampai saat ini, perlu mendapatkan perhatian khusus.
Walau peran beberapa dokter pakar jiwa (psikiater), seperti Jean Martin Charcot (1825-1893) dan Pierre Janet 1859-1947) kurang keutamaan dalam tumbuhkan saluran ini.
Tetapi, Sigmund Freud-lah (1856-1939) yang dipandang seperti figur khusus yang melahirkan Psikoanalisa.
Karena Psikoanalisa bukan hanya usaha menerangkan segala hal yang terlihat di luar saja, tapi secara eksklusif usaha menjelaskan apa yang terjadi dalam atau di bawah kesadaran manusia, karena itu Psikoanalisa juga dikenal sebagai Psikologi Dalam (Depth Pshology).
Nach, itu keterangan berkaitan riwayat psikologi yang terdiri jadi dua sisi. Saat ini Anda sudah mengetahui bukan seperti apakah riwayat perubahan psikologi di dunia? Mudah-mudahan berguna, ya!
kunjungi juga website tentang teknologi