Strategi Pengelolaan SDM Untuk Hadapi Transisi Energi Indonesia

Dalam hadapi transisi energi Indonesia 2030-2050, Pemerintah Indonesia dan perusahaan di sektor energi mesti buat persiapan kiat yang tepat dalam pengelolaan sumber energi manusia (SDM).

Strategi ini perlu agar siap menyita peran yang strategis sebagai penggerak dan pelaksana transisi energi tersebut.

Psikolog dan praktisi SDM Dony Indrawan mengungkapkan, rancangan transisi energi Indonesia dapat mengimbuhkan efek yang substansial bagi pengelolaan SDM agar senantiasa efisien dan relevan agar sanggup mendorong kesuksesan transisi energi Indonesia cocok bersama dengan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).

“Tanpa melaksanakan pergantian dalam pengelolaan SDM, terlebih SDM energi, proses transisi diperkirakan berjalan lambat dan bauran energi cuma dapat menjadi idaman dan cita-cita yang semu saja,” ujar Donny dalam share session bertajuk “Strategi Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam Menyambut Transisi Energi IndonesiaDonny yang sudah berkecimpung di industri Flow Meter LC energi selama hampir 25 tahun ini mengatakan bahwa rancangan dan pelaksanaan transisi energi adalah sebuah keniscayaan bagi Indonesia kala ini dan di era mendatang.

“Dengan kesenjangan yang tambah tinggi antara kapabilitas menyediakan energi yang berasal dari fosil seperti minyak dan gas bumi, serta keperluan energi yang tambah bertambah sampai 2030 sampai 2050, Indonesia mesti memutuskan posisi yang tepat manfaat mendorong kesiapan melaksanakan transisi energi ini sedini mungkin bersama dengan mengakibatkan kiat yang tepat, terhitung kiat dalam pengelolaan SDM energi,” sadar Dony yang dulu bertugas sebagai praktisi HR di Kantor Pusat Chevron di Texas, Amerika Serikat.Menurut Dony, minimal tersedia tiga kiat utama bagi pemerintah untuk buat persiapan SDM yang dapat membantu kesuksesan rancangan transisi energi ini. Pertama, melaksanakan pergantian kebijakan SDM energi yang selaras bersama dengan RUEN.

Hal ini mengenai bersama dengan kebijakan penyiapan dana, infrastruktur, kurikulum, dan penyiapan SDM potensial untuk pengembangan pengetahuan dan teknologi, terhitung riset-riset dan pemanfaatan praktik paling baik di dunia pendidikan, terlebih pendidikan tinggi yang berfokus pada energi baru dan terbarukan.

Serta pengembangan pemanfaatan energi fosil yang lebih maju dan ramah lingkungan.

“Energi fosil dapat senantiasa memegang peran perlu pada 2050 agar mesti kiat pengembangan SDM yang relevan bersama dengan tuntutan green economy serta komitmen Environment, Social, dan Governance (ESG),” ujarnya.Kedua, mengubah demografi keahlian SDM energi Indonesia. Proses untuk menjadikan seseorang ahli di sektor energi bukanlah proses satu malam agar diperlukan knowledge yang akurat untuk memutuskan jumlah keperluan ahli/tenaga profesional berdasarkan bidang-bidang keahlian yang dipetakan secara realistis dalam bauran energi Indonesia.

“Setelah itu, baru kami sanggup mengembangkan proses untuk mentransisikan SDM energi kala ini dan generasi selanjutnya dalam membantu terciptanya demografi keahlian yang di idamkan sejalan bersama dengan tata kala transisi energi,” katanya.Ketiga, mengubah mindset SDM dalam pemanfaatan energi. Rencana transisi energi dan bauran energi tidak dapat berjalan mulus tanpa melaksanakan pergantian mindset masyarakat secara luas dan para pelaku utama dalam industri atau sektor energi ini.

Untuk membantu pergantian mindset ini, pemerintah sebaiknya jadi tetap mengkampanyekan pentingnya pemanfaatan energi fosil yang bijak serta mendorong pemanfaatan energi baru dan terbarukan secara berimbang dan terhitung agresif.

”Masyarakat dan pelaku industri energi diberikan kepercayaan bahwa pemanfaatan energi berdasarkan rancangan bauran energi yang tersedia dapat senantiasa menghasilkan value (nilai) yang diharapkan sebagaimana yang sudah mereka nikmati selama ini bahkan sanggup mengimbuhkan kegunaan yang lebih baik lagi,” ujarnya.

Sementara bagi Perusahaan, terlebih di sektor energi, Dony yang kini berkarier di Pertamina, mengatakan perusahaan mesti buat persiapan rancangan bisnis yang tepat dan relevan bersama dengan rancangan transisi energi dan bauran energi Indonesia, sekaligus buat persiapan kiat yang tepat dalam pengelolaan SDM agar SDM perusahaan sanggup memainkan peran yang lebih sadar dan vital dalam melaksanakan transisi perusahaan untuk mengembangkan bisnis energi baru yang lebih menjanjikan di era mendatang.

“Agar berhasil, perusahaan mesti mengakibatkan kiat yang tepat, yaitu pertama, melaksanakan pergantian kebijakan talent acquisition plus development untuk mengimbangi keperluan atas talenta yang berubah sejalan bersama dengan transisi energi ini agar memperoleh talenta yang cocok dan unggul. Kebijakan ini mesti sanggup mengakibatkan perusahaan lebih fleksibel dalam merekrut kandidat yang berpotensi ringan untuk dikembangkan menjadi motor transisi energi dan pergantian bisnis perusahaan,” terang Dony.

Strategi perusahaan yang kedua, lanjut Dony, adalah mentransformasi Program Pengembangan dan Pelatihan perusahaan agar sanggup mencukupi keperluan bisnis yang dapat singgah tanpa kehilangan peluang untuk tetap memperkuat bisnis perusahaan kala ini.”Jika terlambat mentransisikan program pengembangan dan pelatihan ini, kala perusahaan sudah masuk ke bisnis energi baru, SDM perusahaan cuma sanggup menjalankan peran yang minimal agar sanggup diprediksi perkembangan bisnis energi baru perusahaan dapat berjalan lambat bahkan mungkin terkendala,” katanya.

Dony menambahkan, perusahaan mesti menerapkan kiat ketiga, yaitu menjalankan transisi kebijakan penilaian kinerja dan remunerasi, agar dapat siap pada waktunya.

Bisnis baru bukan artinya tidak menarik dari sisi remunerasi, justru seharusnya sanggup menawarkan aspek yang lebih menarik bagi pekerja dikarenakan bisnis ini dapat menjadi bisnis utama Perusahaan di era mendatang.

”Setiap pekerja yang potensial dan berpeluang menjadi motor penggerak dikarenakan keahlian yang ringan ditransformasikan ke dalam bisnis energi baru layak diberikan penawaran yang menarik agar merasakan nilai dari keahlian yang sudah dimiliki dan tantangan yang dapat dihadapinya,” imbuhnya.